Search This Blog

01/04/2014

Dua Sahabat Rasul Yang Terkenal Kocak Dan Humoris

Selamat malam sobat, saya mau share nieh tentang:

DUA SAHABAT RASUL YANG DIKENAL KOCAK DAN HUMORIS

Perlu sobat ketahui bahwa sesungguhnya melucu itu tidak haram dan boleh-boleh saja, seperti sahabat-sahabat Rasul yang diantaranya adalah Nu'aiman bin Umar Al-Anshari r.a. Banyak sekali anekdot dan peristiwa-peristiwa lucu atau ganjil yang diriwayatkan darinya. Nu'aiman bin Umar Al-Anshari ra. Merupakan salah satu sahabat yang menyaksikan baitul 'aqabah yang terakhir. Selain itu, dia juga ikut dalam perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, dan perang-perang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Nu'aiman bin Umar Al-Anshari r.a. adalah kelompok sahabat Anshar yang terdahulu dan pertama-tama masuk Islma (assabiquna al-awwalun) yang diridhai Allah Swt. dan mereka pun ridha kepada Allah Swt. seperti yang termaktub di dalam surat At-Taubah. "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam dari golongan Muhajiri dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar (At-Taubah: 100)"

Zubair bin Bakar dalam kitab Al-Fukahah wa Al-Marah meriwayatkan beberapa anekdot dan peristiwa lucu dari Nu'aiman bin Umar Al-Anshari r.a. Disini saya akan menyebutkan beberapa contohnya.

Zubair bin Bakar berkata, Setiap ada Thurfah (sestatu yang baru dan menarik) sampai ke Madinah, pasti Nu'aiman bin Umar Al-Anshari r.a. membelinya. Suatu hari, Nu'aiman membawa thureah kdpada Rasulullah Saw.
"Ini aku hadiahkan kepadamu, ya Rasul," kata Nu'aiman sambil bergegas pergi. Tapi tak lama kemudian datanglah pemilik thurfah meminta meminta Nu'aiman membayar harga thurfah yang telah ia hadiahkan kepada Rasulullah Saw. tersdbut. Nu'aiman membawa si pemilik thurfah kepada Rasulullah, lalu Nu'aiman berkata, "Ya Rasullah, bayarlah harga thurfah ing kepada si pemiliknya."

Rasulullah Saw. lalu bertanya, "Bukankah barang ini kamu hadiahkan kepadaku?" tanya Rasulullah.
"Benar, ya Rasul" jawab Nu'aiman.
"Akan tetapi sungguh aku tidak memiliki uang untuk membayarnya. Aku hanya ingin sekali engkau memilikinya!" mendengar jawaban An-Nu'aiman tersebut Rasulullah langsung tertawa, lalu memerintahkan kepada salah seorang sahabat untuk membayar barang tersebut kepada pemiliknya.

Zubair bin Bakar juga meriwayatkan kisah yang lain melalui Rabi'ah bin Utsman. Dia berkata, suatu ketika ada seorang Badui datang menemui Rasulullah Saw. Badui itu menderumkan untanya di halaman masjid Rasul. Beberapa sahabat berkata kepada Nu'aiman Al-Anshari r.a., "Sembelihlah unta itu lalu kita makan dagingnya, karena kami ingin sekali makan daging."

Permintaan para sahabat itu dituruti oleh Nu'aiman. Dia benar-benar menyembelih unta tersebut. Ketika orang Badui si pemilik unta keluar, dia pun berteriak kaget, "Wahai Muhammad, untaku telah disembelih orang." Rasulullah Saw. lalu keluar dan bertanya kepada para sahabat yang ada di situ, "Siapa yang melakukannya?" tanya Rasul. "Nu'aiman yang melakukannya," jawab para sahabat.

Rasulullah Saw. segera pergi mencari Nu'aiman. Akhirnya Rasulullah berhasil mengetahui di mana Nu'aiman berada, yaitu di rumah Dhaba'ah binti Zubai bin Abdul Mutalib. Di rumah tersebut Nu'aiman bersembunyi di bawah lorong bawah tanah yang atasnya ditutupi pelepah kurma.

Seseorang lalu menunjukkan kepada Rasulullah Saw. Dimana Nu'aiman bersembunyi. Nu'aiman pun segera dibawa keluar dan Rasulullah bertanya kepadanya, "Apa yang mendorongmu melakukan semua itu?" Nu'aiman berkata, "Orang-orang yang menunjukkan kepadamu dh mana aku bersembunyi itulah yang memerintahkanku melakukan hal itu." Rasulullah Saw. kemudian tertawa dan mengusap debu yang menempel di wajah Nu'aiman, lalu membayar ganti hewan unta tersebut.

Zubair bin Bakar meriwayatkan dari pamannya dari kakeknya, pada suatu ketika, Makhramah bin Naufal yang saat itu berusia 115 tahun dan sudah buta berdiri di salah satu sujud masjid ingin kencing. Orang-orang lalu meneriakinya, "Masjid, masjid" (maksudnya jangan kencing di tempat itu, karena itu adalah masjid). Nu'aiman Al-Anshari langsung memegang tangan Makhramah dan membawanya ke salah satu sudut masjid yang lain, lalu berkata, "kencinglah disini." Melihat hal itu para sahabat kembali meneriakinya lalu Makhramah berkata, "Celakalah kalian, siapa yang membawaku ke tempat ini?!" Para sahabat kemudian berkata, "Nu'aiman yang membawamu ke sini." Makhramah berkata, "Sungguh, aku berjanji, jika aku bertemu Nu'aiman, aku akan memukulnya dengan tongkatku ini sekeras-kerasnya!"

Setelah mendengar omongan Makhramah tersebut, Nu'aiman tidak menampakkan diri sampai beberapa waktu. Setelah itu, pada suatu hari Nu'aiman datang menemui Makhramah di masjid. Kebetulan Khalifah Utsman bin Affan r.a. sedang shalat di salah satu sudutnya. Nu'aiman berkata kepada Makhramah, "Apakah kamu ingin membalas Nu'aiman?" Benar," jawab Makhramah mantap. Nu'aiman lalu memegang tangan Makhramah dan membawanya menuju tempat di mana Khalifah Utsman bin Affan r.a. sedang menunaikan shalat. Seperti biasanya, ketika sedang menunaikan shalat, Khalifah Utsman bin Affan r.a. tidak melihat dan memerhatikan sekeliling.

Nu'aiman kemudian berkata kepada Makhramah, "Orang yang sedang shalat ini adalah Nu'aiman." kontan saja Makhramah langsung memegang tongkatnya dengan kuat dan memukul tubuh yang ada di depannya hingga khalifah Utsman bin Affan r.a. terluka. Seketika itu juga para sahabat langsung meneriaki Makhramah, "Hai, yang kamu pukul itu Amirul mukminin, bukan Nu'aiman!"

Selain Nu'aiman bin Umar Al-Anshari r.a juga ada sahabat lainnya yang terkenal kocak dan memiliki jiwa humoris. Nama sahabat kocak itu adalah Suwaibit bin Hamalah. Dia berhasil mengerjai dan mempermainkan Nu'aiman yang juga sering mengerjai orang. Suwaibit juga termasuk sahabat yang ikut dalam perang Badar.

Ibnu Abdul Bar menjelaskan catatan biografi Suwaibit bin Harmalah r.a di dalam kitab Al-Isti'bad. Ibnu Abdul Bar berkata "Suwaibit bin Harmalah adalah orang yang suka bercanda dan sangat kocak." Dia memiliki sebuah kisah lucu bersama Nu'aiman dbn Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. Di sini saya akan menyebutkan kisah lucu tersebut karena di samping ganjil dan lucu juga mengandung nilai akhlak yan baik.

Ummu Salamah r.a. berkata, setahun sebelum wafatnya Rasulullah, Abu Bakar Ash-Shiddiq pergi berdagang ke Bashra ditemani oleh Nu'aiman dan Suwaibit bin Harmalah. Kedua sahabat ini sama-sama ingin ikut dalam Perang Badar. Pada waktu itu Nu'aiman kebagian memb awa bekal perjalanan. Suwaibit yang suka bercanda dan kocak berkata kepadanya, "Beri aku makan." Nu'aiman menolak, "Tidak, tunggu sampai Abu Bakar r.a datang," katanya. Suwaibit pun kesal dan berkata, "Sungguh aku akan mengerjaimu dan membuatmu marah."

Ketika keduanya melewati suatu kaum, Suwaibit berkata kepada mereka, "Apakah kalian berminat membeli budak dariku" Mereka berkata "Baiklah. Kami tentu akan membelinya" Suwaibit lalu berkata, "Tapi ada hal aneh pada budakku itu. Kalau kalian ingin membelinya, dia pasti akan bilang, 'Aku bukan budak. Aku orang merdeka.' jika budakku itu berkata demikian maka kalian jangan membelinya." Karena orang-orang terlanjur tertarik dengan budak tawaran Suwaibah maka mereka berkata, "Meskipun budakmu bilang begitu, kami akan membelinya," kata mereka sambil menyerahkan sepuluh unta sebagai harganya.

Mereka pun segera mendatangi 'si budak' dan meletakkan surban untuk mengikat lehernya. Tentu saja Nu'aiman protes, "Laki-laki yang bekata kepada kalian itu hanya main-main. Aku bukan budak. Aku orang merdeka," jelasnya. Tapi orang-orang tetap mengikat leher Nu'aiman dan berkata, "Kami telah diberi tahu tuanmu kalau kamu akan mengatakan hal ini."

Mereka pun membawa Nu'aiman pergi. Ketika Abu Bakar datang, Suwaibit menceritakan apa yang telah terjadi. Keduanya segera mengikuti orang-orang yang telah membeli Nu'aiman tersebut untuk mengembalikan sepuluh unta yang telah mereka serahkan sebagai ganti Nu'aiman. Sepulang dari berdagang, cerita ini disampaikan kepada Rasulullah, sehingga Rasulullah dan orang-orang yang mendengarnya pun tertawa.

Demikianlah 2 orang sahabat Rasulullah SAW, yang terkenal akan kekocakannya dan kelucuannya. Sesungguhnya bercanda atau bergurau, melucu, itu tidak diharamkan namun atas batasannya, yaitu tetap menjaga kebersamaan juga tidak melanggar aturan-aturan Islam.

Sekian dulu sob, sekedar inilah pengetahuan saya. Semoga bermanfaat dan dapat membuat sobat terhibur.

Wassalam

1 comment:

Silahkan berkomentar sesuai topik, dan tolong jangan SPAM!!!!