Search This Blog

28/03/2014

Lelaki Berhati Cahaya

Selamat pagi sob, saya masih newbie dan perlu dukungan dari sobat, dan di postingan saya yang kedua ini saya akan share kisah tentang:

Lelaki Berhati Cahaya

Satu persatu anak-anak usia SMP di hadapanku bersingut bangkit dan berlalu tanpa pamit. Aku terus berbicara perihal hidup Rasulullah Muhammad Saw. Kutahan sedikit deburan di hatiku.

Kini, dari dua puluh, hanya tersisa sekita tujuh anak. Lelaki semua. Anak-anak dan wanita yang duduk di belakang kini sudah tak tersisa. Mereka pulang. Sementara tujuh anak di hadapanku tampak sibuk sendiri. Berbisik, ngobrol, dan baca majalah. Masih ada waktu hamphr satu jam lagi, tetapi kusudahi ceramahku.

"Minggu depan Mas Tomi datang kan?" tanya seorang anak.
"Bukan Mas lagi kan yang mengisi" tanya yang lain.

"Ya Insyaallah. Saya cuma menggantikan." Suaraku terdengar lebih parau.
"Hari ini Mas Tomi ada acara."

"Alhamdulillah," seru anak-anak itu.
"Kami duluan, Mas. Assalamu'alaikuuuuuuuuum "

Aku menjawab salam dan tersenyum. Tapi mungkin senyumanku lebih mirip seringai, sehingga tanpa sedikit pun menatap, anak-anak itu berlarian keluar.

Astaghfirullah. Kubilang apa, Tom..., aku gagal lagi!
Kutarik napas panjang. Ada segores perih di hati. Segores.

****

Pulang dari Mushala An-Nur di dekat rumah Tomi tadi, aku naik bus menuju kosku di bilangan Ciliwung. Tumben bus tak seramai biasa. Aku duduk. Di sebelahku, ada seorang bapak tertidur, terkantuk-kantuk.

"weis, gila! Ini baru "the best" yang asli!"

Aku menoleh dari tempat duduk. Tak jauh dibelakangku, beberapa gadis SMA cekikikan seraya menutup separuh wajah mereka. Tepat di belakangku, kutemui seorang bapak tua menatapku penuh kasihan. Ia hampir tak berkedip!

Aku bersikap biasa. Pura-pura tidak tahu.

Di cawang naik seorang wanita hamil. Bangku sudah terisi semua. wanita itu celingkukan mencari tempat duduk.

"Silakan, Mbak....," Aku berdiri dengan menunduk. Menyilahkannya duduk di bangkuku.

"Hiii, amit-amit jabang bayi!" pekik wanita itu tiba-tiba sambil membuang mukanya.

Aku terkejut. Para penumpang lain memandang ke arahku dan wanita hamil itu. Dan.....ketika mereka benar-benar melihatku, bias pandang curiga tampak. Suasana jadi agak gaduh. Wanita hamil itu tetap tak mau duduk di kursiku. Berdiri sambil membuang muka.

"Ciliwung! Ciliwung!"

Aku melangkah menuju pintu belakang. Lebih baik aku turun saja. Kulihat wanita hamil muda tadi mengelap bangku yang tadi aku duduki dengan tisu kuat-kuat. Sekilas ia komat-kamit sambil mengusap perutnya, baru duduk. Aku menunduk dengan dagu yang nyaris rapa dengan dada. "Astaghfirullah...., Rabbi, jangan sampai hamba-Mu yang lemah ini berprasangka yang tidak-tidak pada para penghuni bus. Pada para....., Astaghfirullah.

Dzikir kian membuat hatiku lapang. Ah, lebih baik aku turun saja.

"Kiri ya, Pak.....," ujarku pelan, pada kenek di sampingku. Kenek bis buru-buru minggir.

"Cawang atas, kiri...." katanya dengan wajah yang tiba-tiba pucat.

ah, mungkin dia belum sarapan. Aku tersenyum sendiri. Coba menghalau perih.

*****

"Copet! Copet Copet"

Aku menoleh ke belakang! Kulihat seorang lelaki menarik tas seorang ibu tua....dan berlari kencang meninggalkan ibu tua yang berteriak itu. Tanpa berpikir panjang kukejar lelaki tadi. Jalanan memang agak sepi sehingga teriak si korban hampir tak ada yang mendengar.

Ibu tua itu terus berteriak histeris. Aku masih berlari mengejar pencopet tapi. Nafasku tersengal-sengal. Wah, larinya cepat sekali!

"Copet! Copet! Copettttt"
"Hah"

Aku menoleh ke belakang. Innalillahi, ya Allah...! Aku terkejut! Di belakangku, kini belasan...mungkin...puluhan orang mengejar copet....! Aku menoleh lagi. Mereka menuding-nuding ke arahku. Menimpukiku dengan batu!

Ya Allah..., dadaku berdebar keras. Kenapa jadi aku? Apa salahku? Ah, aku harus menjelaskan hal ini pada mereka. Tapi.... ah, tak mungkin aku bisa bonyok dihakimi massa!

Aku terus berlari! Nah! Nah itu dia!

Kulihat pencopet yang asli kelabakan. Larinya hampir tersusul oleku!

"Berhenti" teriakku. "Menyerahlah!"

Pencopet itu terus berlari. Kini dibuangnya tas Ibu tadi ke sisi jalan. Sekuat tenaga aku melompat....hap! Kutubruk dia! Ku pegang kakinya! Pencopet itu meronta-ronta.

Aku berhasil menangkapnya. Kubawa ia ke balik semak yang ada di sisi jalan. Tas Ibu tadi bersamaku. Tas itu akan jadi bukti. Tapi aku tak mau lelaki ini di hakimi massa. Kasihan. Aku yakin ia dalam keadaan kepepet. Kalau tidak....masak ia mau menjadi pencopet.

"Kita....bagi dua...ya?! " suara pencopet itu.

"Tidak. Kita ke kantor polisi" kataku tegas. "Sembunyi, orang-orang itu membawa berbagai senjata. Aku takut mereka mengeroyokmu!"

Massa yang mengejar melewati persembunyian kami. Aku menaham napas.

Tiba-tiba tak kusangka, si pencopet berontak dan lepas dariku! Ia segera keluar dari semak-semak....dan....dia berseru keras.

"Pencopetnya di sini!"

Aku tersentak! Pencopet itu berteriak memanggil massa seolah aku yang mencopet.

Aku keluar dari persembunyian dan berlari! Berlari...terus berlari....wajahku berdarah sempat terkeoa bogem mentah dan timpukan batu! Ya Rabbi! Aku terus berlari! Dadaku turun naik.
Maafkan aku Ya Rabbi, hari ini aku menangis...., hal yang palin tak pernah kulakukan. Menangisi keadaanku. Astaghfirullah....

Aku menyeberang jalan, mengambil arah berlawanan dan kembali menuju rumah Tomi, teman Rohis-ku di SMA yang kini kuliah di UI...

"Assalamu'alaikum"

Suara Tomi yang sangat kukenal menjawab salam dari dalam. Dan ketika ia membuka pintu.....

"Astaghfirullah, Innalillahhi.... apa yang terjadi Mir? Ya Rabbi, wajahmu memar dan berdarah."

Aku ak sanggup bercerita apa pun. Bahkan berkata sepatah kata pun tidak. Aku terjatuh dan tak ingat apa-apa lagi.

*****

"Sudah Ibu katakan, jangan bawa teman kamu yang menyeramkan itu kemari lagi! Kok kamu bandel sih Tom! Ibu tidak mau rumah kita jadi kotor!"

"Ibu, Amir itu teman Tomi yang paling baik yang pernah Tomi punya. Dia anak baik, Bu. Pemuda yang bagus keislamannya. Tomi banyak belajar darinya. Bukankah Ibu yang mau Tomi berteman dengan pemuda yang alim...dan kini...."

"Kamu suka melawan Ibu, sejak kenal sama dia! Sudah sana, suruh dia pergi! Pasti orangtuanya nggak benar makanya punya anak seperti itu!. Orangtuanya saja menelantarkan dia di panti. Tak mau menerima dia. Sekarang kamu terima dia disini! Ibu tidak sudi"

"Ibu....,Astaghfirullah, Apakah Ibu tidak ingat betapa Rasul Saw. sangat mencintai mereka yang saleh walau bagaimanapun rupanya? Sesungguhnya Allah hanya melihat hati, Bu...bukan melihat rupa kita..."

"Diam kamu"

"Bu!"

Aku bangkit dari tempat tidur Tomi pelan-pelan. Aku tak ingin hubungan Tomi dan Ibunya rusak gara-gara aku. Kukenakan sandal dan berjalan pulang lewat pintu samping kamar Tomi. Kulemparkan kunci pintu ke dalam lewat jendela. "Assalamu'alaikum, Tom....maafkan aku."

Di mushala kayu yang rapuh, di tepi kali Ciliwung, kulaksanakan shalat maghrib. Sejuk rasanya diri bersentuh dengan air wudhu dan menyadari bahwa Ilahi selalu siap menerima hamba yang memasuki rumah-Nya. Bagaimanapun keadaan hamba-Nya. Bagaimanapun buruk pun rupanya. Subhanallah, betapa Sang Maha Akbar, Sang Penguasa begitu santun dan penyayangnya. Subhanallah.....

"Kullu man ' alaihaa faan wa yabqaa wajhu Rabbikadzul jalaali wal ikraam fabiayyi alaa-i Rabbikumaa tukadziiban yas-aluhuu man fissamaawati wal ardh kulla yumin huwa fill sya'n fabiayyi alaa-i Rabbikuma tu-kadzdzibaan..."

Aku menangis mendengar lantunan surat Ar-Rahman yang dibaca Imam shalat. Tubuhku bergetar hebat. Air mataku kian deras. Wahai Amir, fa biayyi alaa-i Rabbikumaa tukadzibaan? Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Selesai shalat, para jamaah bersalaman-salaman. Tapi tak ada yang menyalamiku. Seperti hari-hari kemarin, aku yang menghampiri. Ada yang agak berbesar hati, meringis dan menyalamiku sekenanya. Banyak juga yang melengos begitu saja. Aku tersenyum getir.

Sejak sebulan yang lalu aku mengontrak sepetak ruangan di dekat tempat ini. Aku berusaha mengenal, bersikap ramah pada penduduk sekitar. Tapi....ya, hampir tak ada respon. Hanya anak-anak kecil yang selalu mengintil kala aku berjalan pulang. Mereka bersorak sorai, seolah mengarakku. Aku pernah berusaha untuk bisa lebih dekat Sepulang bekerja menjadi buruh bangunan, aku mengajak anak-anak sana mengaji. Tapi tak ada yang pernah datang. Bahkan pernah aku diusir ketika menjenguk tetangga yang sakit. Kata kerabatnya, si sakit terganggu oleh kehadiranku. Aku cuma bisa senyum kecut. Pamit.

"Tolooooong! Tolooooong! Toloooooongggg" terdengar jeritan histeris. Orang-orang di mushala saling berpandangan was-was

"Toloooong, tolongin aye...anak aye si Mimin kecebur ke kali! Tolooong!!" suara Bu Enim.

"Di kali, Bu" tanya Pak RT.

"Iye.. cepet tulungin. Aye takut die mati!" Bu Enim menangis keras. Semua saling berpandangan.

Tanpa pikir pamjang lagi, aku segera melompat ke dalam kali Ciliwung yang mulai menderas. A, hari sudah gelap lagi! Orang-orang berteriak-teriak. Ya Allah, tolong para hamba-Mu ini. Ya Rabbi, mudah-mudahan kemampuan berenangku yang cukup baik ini, bisa membantu.

Aku menyelam ke kali yang sangat amat kotor ini. Segala sampah jadi satu di sini. "Mimiiin!"

Kulihat beberapa jarak di depanku tangan mungil Mimin menggapai-gapai. Aku terus berenang, cepat memeluk dan mengangkat. Anak itu sudah lemas. Mudah-mudahan bisa di tolong.

Para warga mengulurkan tali tambang. Aku memanjat dengan menggendong anak usia tujuh tahun itu. Begitu sampai di darat, dengan tubuh xang masih kotor, kubopong Mimin ke rumah sakit.

Susah sekali mencoba menumpang pada mobil yang lewat. Maklum, penduduk tepi Ciliwung mana ada yang punya mobil sendiri. Akhirnya aku nekad, berdiri di tengah jalan, menghentikan sebuah mobil yang melintas.

"Tolong, Pak! Anak ini hampir meninggal!"

"Ya masuk!" kata bapak itu dengan wajah masam.
Aku, Pak RT, dan Bu Enim mengantar Mimin ke rumah sakit. Bayangkan, bagaimama sambutan rumah sakit, terutama terhadapku. Buruk rupa, kotor, bau lagi.....

Setelah cebar-cebur sedikit di kamar mandi rumah sakit, aku naik bus pulamg dengan baju basah. Sendiri.
Kenapa aku jadi begini, ya?
Ya Allah, semoga Mimin selamat. Amin.

BERSAMBUNG

Sekian dulu sob, sekian postingannya kali ini, Insyaallah jika ada waktu akan ane share lagi.

Wassalam

1 comment:

Silahkan berkomentar sesuai topik, dan tolong jangan SPAM!!!!